Selasa, 15 Desember 2009

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dimulai dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2009. Lokasi Penelitian adalah di Kawasan Agropolitan Cendawasari, Desa Karacak, Kec.Leuwiliang, Kab.Bogor, Propinsi Jawa Barat. Penelitian diawali dengan pengumpulan data sekunder, survei lapang dan kemudian dilanjutkan dengan analisis. Kegiatan analisis dilakukan di bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

3.2. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3. Nama Bahan (Data dan Peta) dalam Penelitian
No Nama bahan Spesifikasi skala
1. Peta Penggunaan Lahan Kawasan Agropolitan Cendawasari 1 : 25.000
2. Peta Topografi Kawasan Agropolitan Cendawasari 1 : 25.000
3. Data Sampling Komoditas Manggis di Kawasan Agropolitan Cendawasari
4. Peta Aksesibilitas Kawasan Agropolitan Cendawasari

Tabel 4. Nama Alat dalam Penelitian
No Nama alat
Pengolahan data Survei
Hardware Software
1. Seperangkat komputer ArcView GIS 3.3 GPS
2. Printer Panavue Kompas
3. MapSource Meteran
4 Microsoft Words 2003 Kamera
5. Microsoft Excel 2003 Alat Tulis





3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Penentuan Wilayah Penelitian
 Kawasan Agropolitan Cendawasari berada di wilayah Kabupaten Bogor. Kebupaten Bogor merupakan salah satu daerah penghasil komoditas manggis terbesar di Indonesia, disamping Purwakarta, Subang dan Tasikmalaya. (Laporan RAPIM Ditjen Hortikultura).
 Luas wilayah penelitian ± 455,481 Ha, yang mencakup 6 Desa di dalamnya, yaitu Desa Cengal, Nariti, Darmabakti, Wanakarya, Sumberjaya, dan Rawasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
3.3.2 Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa tahapan kegiatan yang didahului dengan tahap persiapan. Tahap persiapan berupa kegiatan studi pustaka termasuk pembuatan peta dasar dan peta kerja yang kemudian diikuti dengan penelitian lapang, analisis/pengolahan data, dan penyusunan peta.
3.3.2.1. Persiapan
Dalam tahap persiapan dilakukan pengumpulan data dan studi pustaka, pengadaan bahan penunjang dan peralatan yang mencakup data citra dan peta. Sebelum melakukan penelitian lapang dibuat peta dasar dan kerja. Peta kerja dibuat dalam peta dasar dengan melakukan analisis berbagai data dukung termasuk interpretasi citra. Data dukung yang digunakan adalah citra Quickbird. Dari peta kerja ini dipergunakan untuk merancang pengamatan/ penelitian yang akan dilakukan di lapangan.
Sebelum dilakukan interpretasi citra maka diawali dengan identifikasi titik kontrol pada citra satelit Quickbird pada peta dasar yang dalam hal ini digunakan peta rupabumi. Selanjutnya dilakukan koreksi geometrik dan penajaman citra satelit. Untuk koreksi geometri, digunakan acuan peta rupabumi skala 1:25.000. Setelah citra satelit dikoreksi secara geometrik berarti skala dan distribusi spasialnya sudah disesuaikan (matching) dengan peta rupabumi pada skala 1:25.000.
3.3.2.2 Analisis Citra
Dalam pelaksanaan analisis citra satelit Quickbird dilakukan secara manual yaitu dengan proses digitasi layar yang kemudian dicocokan/diverifikasi dengan menggunakan data/informasi acuan yang dianggap benar (hasil pengamatan lapang dan referensi peta).
Dalam proses analisis terlebih dahulu dibuat daerah-daerah kunci yang selanjutnya dijadikan sebagai daerah-daerah contoh. Daerah contoh (sample areas) adalah contoh informasi kelas-kelas penggunaan lahan/ penutupan vegetasi dalam hal ini beberapa kenampakan/ obyek yang diindikasikan sebagai suatu jenis obyek penggunaan lahan tertentu.
Setiap kelas tersebut kemudian dikarakterisasikan ke dalam citra sesuai dengan rona, tekstur dan warna yang tampak pada citra untuk kemudian di buat pola persebarannya. Dalam pembuatan training sampel, yang dilakukan pertama kali adalah mendigitasi suatu kenampakan tipe penggunaan lahan atau vegetasi dilayar monitor saat “module display” bekerja. Setiap training sample harus berbentuk poligon tertutup yang diberi satu kelas informasi (tipe penggunan lahan atau penutupan vegetasi tertentu). Setelah semua strata penggunaan lahan yang akan diklasifikasi diambil contoh dan diberi informasi kelas penggunaan lahannya, serta telah diuji “keterpisahannya dan homogenitasnya” proses klasifikasi baru dapat dilaksanakan.
3.3.2.3 Penelitian Lapang untuk membuat peta Landuse dan peta manggis.
a) Penentuan Titik Sampel
Setelah proses analisis dan klasifikasi citra satelit selesai, kemudian disajikan dalam peta hasil interpretasi. Validasi di lapangan (ground truth) dilakukan untuk mengecek kebenaran hasil analisis, dan pengamatan jenis-jenis penggunaan lahan/ vegetasi di sekitarnya dan penyebarannya, secara khusus terutama di catat jenis komoditas manggis (Murthy et al., 1995). Lokasi plot-plot sampel pengamatan lapangan ini sedapat mungkin dilakukan di daerah yang aksesibilitasnya tinggi, sehingga informasi mengenai kondisi lahan dan penutupan vegetasi lainnya dapat diketahui karakteristiknya secara akurat. Posisi geografis lokasi pengamatan ditentukan dengan mengukur koordinat lokasi pengamatan di lapangan. Untuk keperluan ini dipergunakan alat GPS (Global Positioning System). Data/ informasi koordinat ini sangat berguna untuk melacak kembali posisi pengamatan lapangan pada citra atau peta, yang kemudian digunakan untuk memperbaikan dan menyempurnakan hasil analisis citra satelit. Semua data lapangan terutama di daerah plot-plot sample merupakan “ground truth” yang akan diolah dan di “match” dengan data citra satelit untuk sumber informasi utama dalam menyempurnakan hasil analisis dan klasifikasi obyek, menyusun dan penyempurnakan peta penggunaan lahan. Estimasi tingkat ketelitian dan kebenaran hasil analisis dilakukan secara acak/ random dengan menggunakan metode pendekatan ’point sampling accuracy’.
b) Penentuan Sebaran Manggis
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah memetakan komoditas manggis di daerah Cendawasari berdasarkan Satuan Penggunaan Lahan tertentu yang terdapat di daerah tersebut. Sebagai contoh, Satuan Penggunaan Lahan yang berupa sawah, akan dapat diketahui bahwa setiap luasan tertentu terdapat pohon manggis di dalamnya. Untuk mengecek kebenaran dari data yang diperoleh, dapat dilakukan sensus pohon manggis pada setiap Satuan Penggunaan Lahan secara random (acak) sebagai sampling untuk mewakili wilayah Satuan Penggunaan Lahan yang sama di tempat yang berbeda. Interpretasi ini dilakukan dengan menggunakan dua jenis citra, yaitu dengan menggunakan citra Landsat dan Quickbird. Interpretasi tersebut bertujuan untuk menentukan apakah dengan perbedaan citra yang digunakan untuk melakukan interpretasi ini akan berdampak pada hasil identifikasi jenis objek dan macam objeknya.
Untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh pengamatan, maka dilakukan ekstrapolasi berdasarkan penciri yang sama dengan wilayah yang sudah dilakukan pengamatan. Selama pengamatan di lapangan, dilakukan perbaikan deliniasi dan penyempurnaan legenda peta, serta mengumpulkan data-data yang mendukung penelitian.


3.3.2.4 Analisis Data dan Penyusunan Peta
Data yang diperoleh dari lapang yang berupa data tabular belum dapat menginformasikan sebaran komoditas secara visualisasi di wilayah penelitian. Untuk itu perlu adanya data spasial yang berupa peta. Untuk menginformasikan/ menyajikan data sebaran komoditas manggis yang ada di wilayah tersebut dilakukan dengan pendekatan peta satuan lahan. Dengan peta satuan lahan ini masing-masing obyek jenis satuan lahan dibuat ketetapan formulasi yang mencerminkan kerapatan sebaran pohon manggis. Penentuan yang menetapkan asumsi ini didukung oleh pengecekan di lapang. Pengecekan dilakukan secara random pada setiap satuan penggunaan lahan, yaitu dengan sensus pohon.
Hasil yang berupa peta penggunaan lahan dari peta kerja yang dituangkan dalam peta dasar dengan dilakukan pengecekan lapang dan analisis data yang diperoleh dari lapang maka disempurnakan menjadi peta sebaran komoditas manggis di wilayah Cendawasari. Peta tersebut dibuat dengan mengikuti kaidah pemetaan yang baku. Dalam kaidah pemetaan dinyatakan bahwa skala peta akan mencerminkan kedetilan peta, sedangkan kedetilan peta akan menentukan tujuan dari pemetaan. Untuk itu perlu dilakukan pemetaan pada tingkat operasional pada skala 1:25.000 dengan memanfaatkan Citra Landsat dan Quickbird sebagai bahan untuk menganalisis sebaran komoditas manggis di daerah Cendawasari.